Sapta Marga Dan Sumpah Prajurit Tni Ad
Kesimpulan Sapta Marga di Era Digital
Sapta Marga tetap relevan dan menjadi pedoman penting bagi prajurit TNI dalam menghadapi tantangan di era digital. Dengan Sapta Marga, prajurit TNI dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga kehormatan bangsa di era digital. Melalui implementasi nilai-nilai Sapta Marga dalam setiap aspek kehidupan, prajurit TNI tidak hanya menjalankan tugas sebagai pembela negara, tetapi juga sebagai pilar moral yang memastikan bahwa setiap langkah mereka selalu mencerminkan integritas, keberanian, dan kewaspadaan terhadap segala bentuk ancaman yang dapat mengganggu kedaulatan dan keutuhan NKRI.
Brigjen TNI Rikas Hidayatullah, S.E., M.M.DANREM 043/GATAM
Kolonel Inf Enjang, S.I.P., M.Han.KASREM 043/GATAM
Letkol Inf Harizoni Pulungan, S.E.KASI INTEL
Kolonel Inf Gede SetiawanKASI OPS
Kolonel Arh Sujeidi Faisal, S.T., M.Han.KASI PERS
Kolonel Kav Dwi Desi Joko Wicaksono, Psc., M.Sc.
Kolonel Inf Jaka Sutanta, S.Sos.KASI TER
Kolonel Arh Burhan Fajari Arfian, S.Sos.KASIREN
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Dokumen tersebut memuat prinsip-prinsip dasar yang dipegang oleh anggota TNI, yaitu komitmen untuk melayani negara berdasarkan Pancasila, taat dan patuh kepada atasan, serta menjunjung tinggi disiplin, hierarki, dan kehormatan militer.
Prajurit TNI mengikuti defile pasukan pada Perayaan HUT ke-74 TNI di Lapangan Panglima Besar Jenderal Soedirman, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (5/10/2019). Sapta Marga merupakan pedoman prajurit TNI. Foto/Dok SINDOnews
merupakan pedoman prajurit
(TNI) yang dikeluarkan pada 5 Oktober 1951. Pedoman menjadi kode etik bagi prajurit ini tepat dikeluarkan saat Hari Ulang Tahun (HUT) TNI.
Sapta Marga bertujuan mencegah terjadinya perpecahan dari internal atau dari dalam tubuh TNI itu, dari tarikan ekstrem kiri ataupun kanan.
Perumusan pedoman ini dirancang bersama-sama oleh pemikir jajaran TNI dan tokoh bangsa seperti Supomo, Husen Djajadiningrat Ki Hajar Dewantara, dan Mohammad Yamin. Perumus ini dipilih karena merupakan gabungan dari masing-masing Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).
Dengan dipimpin Kolonel Bambang Supeno yang dibantu Sekretaris Mayor Guritno, tim sering mengadakan pertemuan dan berusaha keras. Akhirnya, tim berhasil menyerahkan hasil perumusan kepada gabungan Kepala Staf APRI.
Rumusan yang diajukan kemudian diperbaiki dan disempurnakan agar lebih jelas maksud dan tujuannya. Penyempurnaan ini pun menemukan tujuh pokok pedoman yang awalnya ingin diberi nama sederhana yaitu pedoman prajurit oleh T.B. Simatupang, kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) Periode 1950-1953. Namun, saat itu peserta rapat menolak dan menginginkan istilah yang lebih terang dan menunjukkan identitas. Mereka memberikan contoh nama Pancasila yang saat ini menjadi identitas Bangsa Indonesia.
Setelah meminta usulan nama, para peserta rapat memberikan usulan Sapta Marga. Marga dalam hal ini berarti "pegangan hidup". Kata marga ini awalnya disamakan dengan pengertian orang Batak yang berarti "bagian kekerabatan". Namun, setelah diskusi permasalahan nama, T.B Simatupang menyetujui nama Sapta Marga untuk pedoman prajurit.
Berikut ini bunyi Sapta Marga:
1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila.
2. Kami Patriot Indonesia, pendukung serta pembela Ideologi Negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.
3. Kami Kesatria Indonesia, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.
4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia.
5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit.
6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan Bangsa.
7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji serta Sumpah Prajurit.
Hingga kini, nilai-nilai kehidupan yang selalu ditanamkan untuk prajurit TNI adalah Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Delapan Wajib Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam sejumlah kesempatan, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pun memberikan beberapa penekanan yang perlu diperhatikan personel TNI dalam melaksanakan tugas, di antaranya agar terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta pegang teguh Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Delapan Wajib TNI sebagai landasan moral dalam pelaksanaan tugas.
Kami Patriot Indonesia Pendukung serta Pembela Ideologi Negara yang Bertanggung Jawab dan Tidak Mengenal Menyerah.
Sebagai patriot bangsa, prajurit TNI harus memiliki sikap kritis terhadap informasi yang beredar di media sosial. Mereka harus bertanggung jawab dalam memverifikasi kebenaran suatu informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya. Kewaspadaan ini tidak hanya tentang kebenaran informasi, tetapi juga tentang memastikan bahwa informasi yang diterima oleh masyarakat tidak digunakan untuk memanipulasi opini publik secara tidak bertanggung jawab.
Contoh Nyata: Dengan Sapta Marga, Prajurit TNI dari berbagai satuan aktif terlibat dalam Satgas Nusantara, sebuah tim khusus yang dibentuk untuk menangkal hoax dan ujaran kebencian yang dapat mengancam keamanan nasional. Keberadaan tim ini adalah bukti nyata dari komitmen prajurit TNI AD dalam menjaga integritas dan kehormatan bangsa melalui kegiatan preventif dan responsif terhadap ancaman informasi yang merugikan.
Sapta Marga: Benteng Moral Prajurit TNI di Era Digital
Sapta Marga, yang terdiri dari tujuh poin penting, memberikan panduan bagi prajurit TNI dalam bersikap dan bertindak, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Berikut adalah bagaimana nilai-nilai Sapta Marga dapat diimplementasikan untuk menghadapi hoax dan perang informasi di media sosial:
Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Mengutamakan Kewajiban daripada Hak.
Prajurit TNI harus selalu siap menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai abdi negara, termasuk dalam menghadapi hoax dan perang informasi di media sosial. Mereka harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi. Sikap ini bukan hanya sebagai bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara, tetapi juga sebagai prinsip moral dalam menjalankan tugas sebagai prajurit yang bertanggung jawab dan berintegritas.
Contoh Nyata: Prajurit TNI yang secara sukarela menjadi relawan dalam penanganan bencana alam dan pandemi, menunjukkan sapta marga dedikasi mereka. Melalui tindakan sukarela ini, prajurit TNI tidak hanya menegaskan komitmen mereka terhadap kepentingan publik, tetapi juga sebagai contoh nyata dari kewajiban mereka sebagai abdi negara dalam situasi darurat dan kebutuhan masyarakat.
Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Mengutamakan Kepentingan Negara dan Bangsa di atas Kepentingan Pribadi ataupun Golongan.
Dalam era digital, prajurit TNI harus menjaga netralitas dan tidak terlibat dalam politik praktis di media sosial. Mereka harus mengutamakan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan. Sikap netral ini tidak hanya sebagai bentuk disiplin dan loyalitas kepada Sapta Marga, tetapi juga sebagai jaminan bahwa prajurit TNI dapat dipercaya dalam menjaga stabilitas dan kedaulatan negara di tengah dinamika politik dan informasi yang cepat berubah.
Contoh Nyata: Prajurit TNI dari berbagai kesatuan berpedoman Sapta Marga secara aktif terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial dan penyuluhan, untuk memperkuat hubungan antara TNI dan rakyat. Melalui keterlibatan ini, prajurit TNI tidak hanya menjalankan tugas sebagai pembela negara, tetapi juga sebagai agen perubahan positif dalam membangun solidaritas dan kesatuan di antara masyarakat.
Sapta Marga pertama: Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Bersendikan Pancasila.
Prajurit TNI, sebagai warga negara yang menjunjung tinggi Pancasila, harus menjadi garda terdepan dalam melawan hoax dan disinformasi yang dapat memecah belah bangsa. Mereka harus aktif menyebarkan konten positif yang mempromosikan nilai-nilai Pancasila, seperti toleransi, persatuan, dan gotong royong. Sikap proaktif ini bukan hanya untuk menghormati nilai-nilai luhur bangsa, tetapi juga untuk memastikan keutuhan informasi yang diterima masyarakat dari sumber yang sahih dan terpercaya.
Contoh Nyata: Jajaran Kodim 0818/Malang-Batu secara rutin mengadakan kegiatan literasi digital bagi jajaran anggota untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya hoax dan pentingnya menyaring informasi sebelum menyebarkannya. Ini adalah langkah konkret yang memperkuat kesiapan prajurit dalam menghadapi tantangan informasi yang berkembang pesat di era digital.
Kami Kesatria Indonesia yang Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Membela Kejujuran, Kebenaran, dan Keadilan.
Kejujuran dan kebenaran adalah nilai-nilai utama yang harus dijunjung tinggi oleh prajurit TNI. Dalam menghadapi hoax dan perang informasi, prajurit TNI harus berani menyuarakan kebenaran dan melawan segala bentuk manipulasi informasi yang merugikan masyarakat. Tindakan ini tidak hanya sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan dan bangsa, tetapi juga sebagai perwujudan dari keberanian prajurit TNI dalam membela keadilan dan integritas informasi.
Contoh Nyata: Prajurit TNI seringkali menjadi narasumber terpercaya dalam memberikan klarifikasi dan meluruskan informasi yang salah atau menyesatkan di media sosial. Melalui keterlibatan aktif ini, prajurit TNI tidak hanya menjaga kebenaran informasi, tetapi juga membangun kepercayaan masyarakat terhadap institusi militer sebagai sumber informasi yang dapat diandalkan.
Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Setia dan Menepati Janji serta Sumpah Prajurit.
Kesetiaan dan integritas adalah nilai-nilai penting yang harus dipegang teguh oleh prajurit TNI. Prajurit TNI harus tetap setia pada sumpah prajurit dengan tidak terlibat dalam aktivitas yang melanggar hukum atau etika. Kesetiaan ini bukan hanya sebagai bukti dari komitmen prajurit TNI terhadap tugas dan tanggung jawab mereka, tetapi juga sebagai jaminan bahwa mereka dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas negara dengan penuh integritas dan profesionalisme.
Contoh Nyata: TNI secara rutin mengadakan pelatihan etika dan disiplin bagi prajurit untuk memastikan bahwa setiap tindakan mereka senantiasa sesuai dengan nilai-nilai Sapta Marga. Melalui upaya ini, TNI tidak hanya meningkatkan kapasitas moral prajurit, tetapi juga memperkuat fondasi integritas dan kepercayaan publik terhadap institusi militer sebagai penjaga kehormatan dan kedaulatan negara.
Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Selalu Siap Sedia Menegakkan Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Melindungi Kehormatan Negara dan Bangsa dari Ancaman dan Gangguan.
Di dunia maya, kedaulatan negara dapat terancam oleh serangan siber dan perang informasi. Prajurit TNI harus siap siaga dalam menghadapi ancaman ini dengan meningkatkan kemampuan di bidang keamanan siber dan literasi digital. Kesiapan ini tidak hanya sebagai bentuk antisipasi terhadap ancaman yang kompleks, tetapi juga sebagai komitmen prajurit TNI dalam melindungi kehormatan bangsa dan negara dari segala bentuk gangguan yang dapat mengancam stabilitas nasional.
Contoh Nyata: Berdasarkan Sapta Marga, TNI telah membentuk tim khusus untuk menangani kejahatan siber dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan digital. Langkah ini tidak hanya sebagai respons terhadap perkembangan teknologi informasi yang cepat, tetapi juga sebagai upaya nyata dalam menjaga kedaulatan dan integritas bangsa melalui penguatan kapasitas di bidang keamanan cyber.